spbo live

2024-10-08 03:53:34  Source:spbo live   

spbo live,erek 2d 3d 4d mimpi menangkap ikan togel,spbo liveJakarta, CNN Indonesia--

Milisi Houthi Yaman kembali menjadi sorotan usai terlibat saling serang dengan Israeldalam beberapa waktu terakhir.

Israel bahkan dibuat kelimpungan imbas serangan drone Houthi yang bisa menerobos pertahanan hingga menerjang Ibu Kota Tel Aviv pada Jumat (19/7).

Lihat Juga :
Apa yang Terjadi Selanjutnya Usai Biden Mundur dari Pilpres AS?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Merespons serangan itu Israel pun tak tinggal diam. Sehari setelahnya, Sabtu (20/7) Israel menyerang depot penyimpanan bahan bakar dan pembangkit listrik di kota pelabuhan Hodeidah, Yaman.

Serangan tersebut memicu kebakaran besar dan pemadaman listrik di wilayah itu. Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari membenarkan bahwa militernya menjadi dalang di balik serangan ke Yaman. Ia menyebut serangan itu menargetkan markas militer yang berada di Hodeidah.

Lihat Juga :
Didukung Maju Gantikan Biden, Bagaimana Posisi Kamala Harris ke Gaza?

"(Serangan itu menargetkan) sasaran militer rezim teroris Houthi di kawasan pelabuhan Hodeidah di Yaman sebagai tanggapan atas ratusan serangan terhadap Israel dalam beberapa bulan terakhir," kata Daniel Hagari, dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (20/7).

Lantas siapa milisi Houthi yang berani menyerang Israel?

Menurut laporan New York Times,Houthi merupakan kelompok pemberontak berhaluan Syiah yang didukung Iran. Gerakan Islam politik-bersenjata ini muncul di Yaman utara pada 1990-an.

Mulanya, mereka terbentuk untuk membina Pemuda Zaydi, organisasi Syiah di kalangan muda. Pemimpin Houthi saat itu Hussein Badr Al Din Al Houthi, menawarkan pelayanan pendidikan, kesejahteraan sosial, dan persaudaraan.

Gerakan itu sempat mendapat dukungan penuh dari pemerintah Yaman. Namun, seiring berjalannya waktu banyak protes yang dilakukan jaringan Houthi menentang Presiden Ali Abdullah Saleh.



Alhasil, hubungan Houthi dan pemerintah pun memanas. Khususnya usai Saleh mendukung program AS "Perang Melawan Teror" dan invasi Amerika ke Irak pada 2003.

Keputusan Presiden Saleh ini dianggap mencabut hak kaum Zaid dan mengancam tradisi kaum Houthi.

Sejak saat itu, pemerintah Yaman menyatakan perang dengan Houthi dan terus berupaya menangkap dan membunuh para pemimpin Houthi. Hussein al-Houthi akhirnya berhasil dibunuh oleh pemerintah Yaman.

Dilansir dari Britannica, karena aksi pemberontakan bersenjata melawan Pemerintah Yaman yang terjadi terus-menerus, mereka pun mulai menjadi sorotan sejak 2004.

Konflik bersenjata di Yaman kembali bergejolak bersamaan dengan Gelombang Arab Spring pada akhir 2010. Gelombang Arab Spring bermula dari rasa ketidakpuasan warga negara-negara Arab terhadap pemerintahannya.

Pilihan Redaksi
  • Fakta-fakta Capres Petahana Joe Biden Mundur dari Pilpres AS 2024
  • Hampir 3 Jam Kota di Yaman Mencekam Digempur 2 Jenis Jet Tempur Israel
  • Kronologi Saling Serang Israel vs Houthi Yaman hingga Timteng Membara

Hingga pada 2014, pemberontak Houthi kembali memperbaiki hubungan dengan eks Presiden Ali Abdullah Saleh dengan tetap melancarkan pemberontakan terhadap rezim berkuasa. Saat itu, Yaman dipimpin oleh Presiden Abdrabbuh Mansur Hadi.

Sekitar akhir 2014 Houthi pun melancarkan "kudeta" terhadap rezim Mansur Hadi dan menduduki Ibu Kota Sanaa dengan bantuan Saleh serta orang-orangnya.

Peristiwa ini menjadi tonggak permulaan perang sipil di Yaman pecah yang masih berlangsung hingga kini dan telah menewaskan setidaknya lebih dari 370 ribu orang tewas.

Houthi sampai saat ini masih menduduki ibu kota dan mengklaim sebagai pemerintah yang berkuasa di Yaman. Mereka juga masih memerangi pasukan Yaman yang dibantu koalisi Arab Saudi.

Kelompok Houthi menguasai sebagian besar wilayah utara dan pusat populasi besar lainnya di Yaman. Sementara itu, pemerintah yang diakui secara internasional bermarkas di Aden.

(mnf/rds)

Read more