kode alam 26

2024-10-08 00:22:03  Source:kode alam 26   

kode alam 26,nomor punggung mbappe,kode alam 26

Jakarta, CNBC Indonesia- Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang terjadi pada saat ini, sektor digital mampu menawarkan banyak peluang.

Ketidakpastian ekonomi global dipengaruhi berbagai faktor, mulai dari ketegangan geopolitik, kebijakan suku bunga, hingga volatilitas harga komoditas.

Bank Dunia memproyeksi ekonomi global hanya tumbuh 2,6% pada 2024 atau sama dengan 2023. Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh 3,2% tahun ini.

Di tengah ekonomi dunia yang stagnan, kawasan ASEAN mampu tumbuh tinggi dan menjadi salah satu "brightspot" dalam peta ekonomi global.

Ekonomi Indonesia, Vietnam, dan Filipina mampu tumbuh di atas 5% pada tahun lalu.
Demografi penduduk muda, tingginya konsumsi domestik, akselerasi konektivitas digital, meningkatnya kelas menengah, serta derasnya investasi langsung menjadikan kawasan ASEAN sebagai incaran investor.

Asian Development Bank (ADB) memperkirakan ekonomi Asia akan tumbuh 4,6% pada 2024 dan 4,7% pada 2025. ADB juga menjelaskan pertumbuhan kawasan ASEAN akan semakin solid dengan tumbuhnya pusat-pusat industri digital.

Indonesia Jadi Pusat Ekonomi ASEAN & Potensi Ekonomi Digital

Indonesia merupakan negara dengan perekonomian terbesar di ASEAN dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) menembus Rp 20.892,4 triliun. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 275,77 juta setara dengan 40,6% penduduk ASEAN.

Ekonomi Indonesia juga tumbuh di atas 5% selama bertahun-tahun. Dengan posisi strategis tersebut, Indonesia akan semakin berperan besar ke kawasan ASEAN ke depan.

Salah satu faktor yang diyakini akan menjadi penggerak utama ekonomi Indonesia ke depan adalah pesatnya perkembangan digital di Indonesia.

Laporan East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI) juga menunjukkan daya saing digital Indonesia secara konsisten mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir. Skor EV-DCI 2024 meningkat sebesar 35,5% dari 27,9 pada 2020 menjadi 38,1.

Secara keseluruhan, peningkatan skor paling besar didorong oleh sub-indeks output, khususnya pilar kewirausahaan dan produktivitas. Pada pilar ini terjadi peningkatan penggunaan internet untuk keperluan pekerjaan dan pertumbuhan pinjaman fintech yang cukup merata di seluruh provinsi.

Kontribusi ekonomi digital Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga terus meningkat, dari 3,7% pada 2019 menjadi 5,8% pada 2023.

"(Kontribusi) diperkirakan akan mencapai 7,1% pada tahun 2025, melampaui proyeksi ASEAN sebesar 6,6%," tulis East Ventures dalam laporannya.

Indonesia juga menyumbang 40% ekonomi digital di ASEAN pada 2022. Gross Merchandise Value (GMV) Indonesia tumbuh dua kali lipat dari US$41 miliar pada 2019 menjadi US$82 miliar pada 2023. Nilai tersebut diperkirakan akan melesat menjadi US$ 210-260 miliar pada 2030.

Potensi ekonomi digital RIFoto: https://economysea.withgoogle.com/
Potensi ekonomi digital RI

Peringkat daya saing Indonesia juga terus meningkat. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan International Institute for Management Development (IMD) pada 2023, daya saing digital Indonesia berada di peringkat 45 dari 64 negara, naik 15 peringkat dibandingkan 10 tahun lalu.

Perkembangan pesat digitalisasi Indonesia tak bisa lepas dari sejumlah inisiatif yang telah dilaksanakan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Selama 10 tahun, pemerintah terus mempercepat pembangunan konektivitas telekomunikasi berupa Jaringan Kabel Serat Optik Palapa Ring, Base Tranceiver Station (BTS) 4G dan satelit SATRIA-1. Ketiganya menghubungkan 17.504 pulau yang tersebar di penjuru Indonesia dan menyatukan komunikasi melalui jaringan laut hingga langit.

"Cakupan internet yang terus ditingkatkan hingga mencapai 79% di tahun 2024. Ini akan menjadi ekosistem yang baik untuk mendorong digitalisasi UMKM dan pengembangan start up Indonesia, sehingga akan melahirkan semakin banyakentrepreneurmuda yang berkualitas di negeri ini," tutur Presiden Jokowi pada Pidato Kenegaraan 16 Agustus 2024.

Peluang Ekonomi Digital Indonesia di Era Pemerintahan Baru

Indonesia akan memasuki era pemerintahan baru pada 20 Oktober 2024.

Pembangunan sektor digital di Indonesia diyakini akan semakin kencang ke depan. Pemerintahan baru sudah menyampaikan berulang-ulang jika ekonomi berbasis digital menjadi salah satu prioritasnya.


Optimisme pemerintahan baru untuk mengembangkan digital juga sejalan dengan pelaku bisnis. Temuan dari UOB Business Outlook Study 2024 (Indonesia Report), riset oleh UOB Group, menggambarkan optimisme tersebut. Studi dilakukan kepada 525 pemilik bisnis dan eksekutif kunci dari UKM dan perusahaan besar.

Studi ini memberikan pemahaman yang komprehensif tentang sentimen bisnis saat ini, dampak inflasi, dan proyeksi di antara bisnis di berbagai sektor di Indonesia.
Survei tersebut menunjukkan jika 6 dari 10 bisnis di Indonesia percaya bahwa lingkungan bisnis saat ini sangat positif.
"Namun, bisnis telah terkena dampak inflasi yang tinggi dan meningkatnya biaya operasional," tulis laporan tersebut.

Sektor yang sangat positif melihat bisnis di Indonesia adalah manufaktur dan engineering. Sebanyak 56% responden juga melihat adanya perbaikan lingkungan bisnis di Indonesia.
Jakarta menjadi primadona investor ditinjau dari 62% responden yang melihat Jakarta sebagai kota paling positif. Studi juga menunjukkan lebih dari 4 dari 10 bisnis di Indonesia terdampak oleh tingkat inflasi yang tinggi.

Baca:
Genjot Pertumbuhan Ekonomi di 2025, Pemerintah Perlu Lakukan Ini!

"Hampir 4 dari 10 bisnis di Indonesia terdampak oleh peningkatan biaya operasional," tutur laporan tersebut.

Sebanyak 38% responden mengatakan terdampak oleh naiknya ongkos operasional seperti bahan mentah atau sewa. Sementara itu, 26% mengatakan kenaikan suku bunga sebagai faktor utama.
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga sebesar 275 bps sejak Agustus 2022 dari 3,50% kini menjadi 6,25%.

Kenaikan suku bunga ini tentu berdampak kepada meningkatnya ongkos pinjaman.

Inflasi Indonesia sempat melaju kencang pada 2022-2023 karena kenaikan harga BBM subsidi dan lonjakan harga pangan. Inflasi Indonesia melejit 5,51% pada 2022 atau tertinggi sejak 2014. Inflasi melandai ke 2,61% pada 2023.

Peluang bisnis di IndonesiaFoto: UOB
Peluang bisnis di Indonesia

"(Studi UOB juga menunjukkan) Lebih dari 3 dari 10 bisnis di Indonesia mengharapkan kinerja bisnis yang jauh lebih baik pada 2024. Digitalisasi dan mencari kemitraan bisnis baru akan menjadi prioritas utama," tulis laporan tersebut.

Sejumlah prioritas bisnis yang menjadi fokus dalam 1-3 tahun ke depan adalah melakukan meningkatkan efisiensi operasional melalui digitalisasi dan meningkatkan pendapatan mereka melalui kemitraan bisnis baru serta mengembangkan sumber pendapatan baru.

Peluang dan tantangan bisnis di IndonesiaFoto: UOB
Peluang dan tantangan bisnis di Indonesia


Untuk mendongkrak pendapatan dan peluang, pengusaha berencana memperluas jangkauan produk atau layanan dan bekerja sama dengan industri atau perusahaan besar.
Pelaku bisnis akan mencari saluran bisnis yang ramah pengguna serta adanya otomatisasi sehingga mempermudah interaksi dengan pelanggan.


Pelaku bisnis juga berharap ada solusi yang membuat bisnis mereka semakin efisien. Di antaranya adalah adanya infrastruktur digital dan dukungan solusi agar karyawan dapat bekerja dari jarak jauh dan secara efisien.
"Dukungan dalam transformasi bisnis, program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan atau keterampilan baru bagi karyawan, dan dukungan finansial yang membantu mengelola biaya sewa (diharapkan menjadi solusi)," tulis hasil survei.
Mereka juga berharap pemerintah, pemegang kebijakan, atau perbankan bisa membantu bisnis mereka dengan sejumlah kebijakan. Pemangkasan suku bunga, layanan cash management, hingga perbaikan iklim investasi menjadi bantuan yang mereka harapkan.

Peluang dan tantangan bisnis di IndonesiaFoto: UOB
Peluang dan tantangan bisnis di Indonesia



Dari survei di atas sangat terlihat jelas jika pelaku bisnis sangat menginginkan solusi yang bisa membantu proses bisnis lebih efisien.
Kebijakan jangka pendek seperti suku bunga yang lebih rendah dan dukungan jangka panjang seperti pinjaman tanpa jaminan serta layanan investasi yang secara khusus menangani inflasi tinggi akan membantu meredakan kekhawatiran mereka.

(mae/mae)

Read more