mpo909

2024-10-07 23:35:51  Source:mpo909   

mpo909,erek-erek kepiting,mpo909

Jakarta, CNBC Indonesia- Pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan informasi digenjot dalam 10 tahun terakhir, terutama di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Pembangunan tersebut tak hanya membuka peluang ekonomi tetapi menjadi kunci bagi pemerataan.

Belum meratanya akses telekomunikasi dan informasi antara pusat dan daerah merupakan salah satu faktor yang memperlebar kesenjangan sosial dan ekonomi di Indonesia.

Dengan pertimbangan itu pula, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat aktif membangun infrastruktur telekomunikasi di berbagai pelosok, terutama wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).

Pembangunan diharapkan bisa mendongkrak ekonomi, meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) hingga mengurangi ketimpangan antara wilayah barat dan timur.

Infrastruktur dan ekosistem telekomunikasi dan informasi (IT) juga membuka akses lebih untuk tumbuh kembangnya bisnis baru, seperti e-commerce.

"Cakupan internet yang terus ditingkatkan hingga mencapai 79% di tahun 2024. Ini akan menjadi ekosistem yang baik untuk mendorong digitalisasi UMKM dan pengembanganstart upIndonesia, sehingga akan melahirkan semakin banyakentrepreneurmuda yang berkualitas di negeri ini," tutur Presiden Jokowi pada Pidato Kenegaraan 16 Agustus 2024.

Baca:
10 Tahun Jokowi, Bakti: 221 juta Penduduk RI Bisa Pakai Internet

Selama 10 tahun, pemerintahan Jokowi terus mempercepat pembangunan konektivitas telekomunikasi berupa Jaringan Kabel Serat Optik Palapa Ring, Base Tranceiver Station (BTS) 4G dan SATRIA-1. Ketiganya menghubungkan 17.504 pulau yang tersebar di penjuru Indonesia dan menyatukan komunikasi melalui jaringan laut hingga langit.

"Setiap manusia Indonesia, dari Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai Pulau Rote, memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses kemajuan teknologi ini dan terkonektivitas dengan sangat cepat," tutur Presiden Jokowi saat meresmikan Pengoperasian Palapa Ring, di Istana Negara, 10 Oktober 2019.

1. Palapa Ring

Palapa Ring merupakan jaringan kabel serat optik sepanjang 12.148 kilometer yang terdiri dari kabel optik darat dan bawah laut, serta segmen jaringan radio microwave sebanyak 55 hop.

Mega proyek ini terbagi menjadi tiga bagian yakni Paket barat, Tengah, dan Timur.

Palapa Ring langsung berhadapan dengan posisi strategis Indonesia terhadap ketahanan nasional. Paket Barat, misalnya, telah hadir di Natuna yang langsung berhadapan dengan Laut Cina Selatan.

Nama Palapa Ring mengambil ruh semangat untuk mempersatukan Indonesia sesuai janji Gajah Mada pada Sumpah Palapa-nya.

2. Satelit Indonesia (SATRIA)

Satelit ini dirancang sebagai Broadband Satellite untuk memberikan layanan akses internet cepat. Layanan SATRIA-1 merupakan solusi untuk titik layanan publik pendidikan, kesehatan dan pemerintahan yang belum terjangkau akses internet cepat melalui jaringan kabel serat optik atau Base Tranceiver Station (BTS).

SATRIA-1 memungkinkan layanan internet di lokasi remote seperti kantor pemerintahan dan sekolah yang ada di wilayah 3T. SATRIA-1 bisa diterima langsung melalui V-SAT sehingga pembangunan proyeknya bisa lebih cepat dibandingkan dengan pembangunan BTS atau jaringan kabel serat optik. Layanan ini juga bisa mengatasi hambatan geografis seperti daratan, gunung, bukit, dan lembah.


3. Akses Internet Melalui BTS

Indonesia juga terus menggenjot pembangunan BTS demi memperluas akses internet melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI). Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melalui BAKTI KOMINFO telah membangun hampir 5.093 BTS di 25 provinsi yang tersebar di 138 kabupaten/kota dan 1.310 kecamatan dan 5.093 desa. Di antaranya adalah di pelosok Papua seperti Jayawijaya (Papua) hingga Aceh Singkil (Aceh).

Akses internet telah diterima di 18.715 titik di seluruh Indonesia di mana titik-titik tersebut difokuskan pada kantor pelayanan publik. Bakti menargetkan pembangunan BTS sebanyak 7.300 hingga 2024.

BAKTI resmi berdiri pada 2018. Namun, jauh sebelum itu, cikal bakal BAKTI sudah ada pada 2006 dengan nama BTIP (Balai Telekomunikasi dan Informatika Pedesaan) dan kemudian pada 2010 berubah menjadi BP3TI (Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika).

Dampak Pembangunan Jaringan Telekomunikasi

Laporan Bank Dunia bertajuk Enabling Digital Development How the Internet Promotes Developmentmenjabarkan bagaimana teknologi informasi dan telekomunikasi (IT) membantu masyarakat Internet mendorong inklusivitas, efisiensi, dan inovasi.

Pembangunan internet secara besar-besaran juga ikut menurunkan biaya pencarian dan informasi serta menciptakan pasar baru.

"Internet juga mendorong inklusi dalam interaksi sosial dan sistem penyampaian layanan pemerintah. Inklusi biasanya berupa perluasan pasar serta layanan," demikian tulisan­­ laporan tersebut.

Dampak internet ke inklusiFoto: Bank Dunia
Dampak internet ke inklusi

Dampak paling dramatis dari internet adalah berkurangnya biaya transaksi. Dalam banyak kasus, biaya transaksi bahkan mendekati nol karena apa yang sebelumnya melibatkan pekerjaan manusia rutin sekarang dapat sepenuhnya diotomatisasi.

Dampak positif pembangunan infrastruktur telekomunikasi juga sudah dirasakan Indonesia. Pembangunan selama 10 tahun terakhir telah berhasil mengurangi wilayah yang tidak bisa menerima sinyal. Data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah wilayah yang tidak ada sinyalnya berkurang 2.559 dalam kurun waktu 2014-2021. Jumlah desa yang memiliki BTS bertambah 11.978 pada periode tersebut.

Berdasarkan data BPS, pada 2021 terdapat 78.938 desa/kelurahan yang telah dapat menerima sinyal telepon seluler. Jumlah tersebut bertambah 4.465 desa dibandingkan 2014 (74.473).


Laporan East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI) juga menunjukkan daya saing digital Indonesia secara konsisten mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir.

Skor EV-DCI 2024 meningkat sebesar 35,5% dari 27,9 pada 2020 menjadi 38,1. Secara keseluruhan, peningkatan skor paling besar didorong oleh sub-indeks output, khususnya pilar kewirausahaan dan produktivitas. Pada pilar ini terjadi peningkatan penggunaan internet untuk keperluan pekerjaan dan pertumbuhan pinjaman fintech yang cukup merata di seluruh provinsi

Kontribusi ekonomi digital Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga terus meningkat, dari 3,7% pada 2019 menjadi 5,8% pada 2023.

"(Kontribusi) diperkirakan akan mencapai 7,1% pada tahun 2025, melampaui proyeksi ASEAN sebesar 6,6%," tulis East Ventures dalam laporannya.

Indonesia juga menyumbang 40% ekonomi digital di ASEAN pada 2022. Gross Merchandise Value (GMV) Indonesia tumbuh dua kali lipat dari US$41 miliar pada 2019 menjadi US$82 miliar pada 2023.

Peringkat daya saing Indonesia juga terus meningkat. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan International Institute for Management Development (IMD) pada 2023, daya saing digital Indonesia berada di peringkat 45 dari 64 negara, naik15 peringkat dibandingkan 10 tahun lalu.


Penelusuran tim CNBC Indonesiamenunjukkan di daerah lokasi dibangun BTS program BAKTI mengalami peningkatan dari sisi pertumbuhan ekonomi. Salah satunya bisa dilihat di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Program BAKTI Kominfo sudah membangun 89 BTS di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak 2016. Pembangunan tersebut menjadi babak baru dalam cara memperkenalkan dan menjual kain tenun asal wilayah tersebut.

Bila dulu orang menjual kain di kampung sentra tenun, pasar mingguan atau Paranggang, ataupun di art shop hotel maka kehadiran jaringan internet memungkinkan penjual bisa menjual barangnya dengan bertransaksi online. Pemasaran juga tidak lagi tradisional tetapi juga melalui media sosial seperti Facebook dan Instagram hingga platform e-commerce.

Dok BAKTI KominfoFoto: Dok BAKTI Kominfo
Dok BAKTI Kominfo

Jaringan internet juga ikut membantu menaikkan daya tarik wisata Sumba Timur. Jumlah kunjungan wisatawan ke Sumba Timur pada 2022 melonjak 88% menjadi 34.896.

Jumlah hotel di kabupaten tersebut juga bertambah dengan cepat dari delapan pada 2016 menjadi 18 pada 2023. Dampak lainnya adalah semakin banyak warga yang masuk ke dalam akses perbankan karena transaksi online tersebut.

Data PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) menunjukkan jumlah agen BRILink di wilayah 3T terus melonjak begitu pula nilai transaksinya. Di Kabupaten Lanny Jaya, Papua, jumlah agen BRILink melonjak 1000% menjadi 26.892 per Juni 2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai transaksi juga melesat 909% menjadi Rp 43, 54 miliar.

Menggeliatnya ekonomi, meningkatnya akses keuangan, hingga kemerdekaan berkomunikasi di wilayah 3T menjadi bukti jika pembangunan infrastruktur komunikasi bisa berperan besar dalam membangun Indonesia. Karena pada akhirnya, seluruh masyarakat Indonesia dari Sabang hingga Merauke dari Miangas hingga Rote memiliki hak yang sama untuk menikmati pembangunan.

CNBC IDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)

Read more