live draw kentucky midday malam ini

2024-10-08 04:24:55  Source:live draw kentucky midday malam ini   

live draw kentucky midday malam ini,proqq,live draw kentucky midday malam ini

Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah terus menggenjot penggunaan minyak kelapa sawit untuk bahan bakar nabati, bahkan nilainya saat ini mencapai biodiesel B40 yakni campuran Solar dengan 40% bahan bakar nabati yang berbasis minyak kelapa sawit.

Bos Toyota Bob Azam bahkan menyebut hanya Indonesia yang melakukan langkah ini. Sementara di negara lain tidak ada yang sampai 40%.

Baca:
Bos Toyota Beri Pengakuan Mengejutkan Soal Program Biodiesel B40

"Seluruh dunia maksimum B7, hanya di Indonesia bisa B35, B40 tapi diendorse JAMA atau Japan Automobile Manufacturers Association, tentu melalui iset, negara lain ngga ada seperti ini," kata Wakil Presiden PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMIIN) itu dalam Media Diskusi Bioethanol dan FFV Test Drive, Kamis (5/9/2024).

Selain biodiesel, pemerintah juga bakal mulai mencari sumber energi terbarukan lain seperti bioetanol. Bioetanol merupakan salah satu bentuk energi terbarukan yang dapat diproduksi dari tumbuhan. Etanol dapat dibuat dari tanaman-tanaman yang umum, misalnya tebu, kentang, singkong, maupun jagung.

Penggunaan bioetanol dapat mengurangi emisi gas CO secara signifikan. Bioetanol bisa dipakai langsung sebagai BBM atau dicampurkan ke dalam premium sebagai aditif dengan perbandingan tertentu.

"Kita mau masuk bioetanol, sejarahnya agak beda dengan bio solar, bioetanol banyak impor, tapi potensi dalam negeri besar, kita sudah bicara dengan penghasilnya di Lampung, sumbernya bisa dari cassava (singkong) dan lainnya," kata Bob.

Bukan hanya Bob Azam, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurrahman menyebut dana untuk industri sawit semakin besar. Sebagai contoh, kebutuhan sawit untuk B35 mencapai 13,4 juta kiloliter (KL), sementara untuk B40 kebutuhannya mencapai 16 juta KL.

Tes bahan bakar B40 ke mobil saat uji coba dan uji jalan atau road test kendaraan dengan bahan bakar biodiesel campuran minyak sawit 40% (B40) di Gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Rabu, (27/7/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)Foto: Tes bahan bakar B40 ke mobil saat uji coba dan uji jalan atau road test kendaraan dengan bahan bakar biodiesel campuran minyak sawit 40% (B40) di Gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Rabu, (27/7/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Tes bahan bakar B40 ke mobil saat uji coba dan uji jalan atau road test kendaraan dengan bahan bakar biodiesel campuran minyak sawit 40% (B40) di Gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Rabu, (27/7/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

"Ke depan kebutuhan dana itu semakin besar, contohnya biodiesel. Kalau untuk B40 itu kira-kira volumenya bisa sampai 16 juta KL, karena sekarang B35 13,4 juta KL, dikalikan dengan selisih harga yang harus kita tanggung, ini kan budget-nya harus naik," kata Eddy dalam acara peluncuran buku 'Sawit, Anugerah yang Perlu Diperjuangkan', Kamis (5/9/2024).

Karena itu, ia mengaku kesulitan dan tidak mampu membiayai program-program tersebut. Eddy menjelaskan bahwa selama ini BPDPKS mendanai program-program industri sawit, karena pada 2021 lalu harga sawit tinggi, hingga mengalami windfall tax.

Karena itu, penerimaan BPDPKS akhirnya bisa mencukupi biaya dari program-program tersebut sampai dengan saat ini. Sedangkan untuk penerimaan BPDPKS tahun 2024 ini, berdasarkan proyeksinya akan berat untuk badan pengelola dana sawit itu terus membiayai program yang ada kedepannya.

"Kami melakukan proyeksi, di 2024 ini penerimaan BPDPKS itu sudah tidak bisa lagi membiayai program, sehingga program-program itu bisa berjalan karena pada 2021 mengalami windfall, harga sawit tinggi, kemudian tarifnya progresif. Windfall itu anugerah sehingga punya reserve yang cukup besar, tapi reserve ini digerogoti terus," jelasnya.

Lebih lanjut, ia pun menyoroti program solar sawit B40 yang akan mulai direalisasikan pada 2025 mendatang. Katanya, program tersebut bisa mengambil dana hingga Rp2 triliun. Hal itu tentunya akan berdampak kepada kemampuan keuangan BPDPKS yang semakin menurun.

Baca:
Bos Sawit Beri Kabar Buruk, Marak Penjarahan Kebun di Kalteng

Untuk itu, ia mendorong agar pemerintah menerapkan carbon tax supaya menambah sumber penerimaan baru. Menurutnya, semakin tinggi keinginan untuk menggunakan bahan bakar ramah lingkungan, maka akan semakin banyak dana yang dikeluarkan.

"Kalau kita ingin menggunakan bahan bakar yang lebih green, ya kita harus bayar yang lebih besar, atau ada inovasi lain seperti penerapan carbon tax, hasilnya untuk subsidi yang green," ujarnya.


(wur) Saksikan video di bawah ini:

Video: Resmi Meluncur, Begini Wajah Baru Toyota Fortuner

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Wih, RI Bakal Uji Coba BBM Dicampur Sawit 40% Tahun Ini

Read more
tujuan menggiring bola tinggi dalam permainan bola basket adalah More >