gm21.info

2024-10-08 04:10:55  Source:gm21.info   

gm21.info,burung kutilang 2d togel,gm21.infoJakarta, CNN Indonesia--

Badan intelijen Korea Selatanpada Jumat (3/5) menyatakan bahwa Korea Utaradiduga sedang merencanakan serangan yang menargetkan kedutaan besar dan warga Seoul di luar negeri.

Badan Intelijen Nasional (NIS) Korsel mendeteksi 'banyak sinyal' bahwa Pyongyang sedang mempersiapkan serangan teroris terhadap staf kedubes dan warga Korsel di sejumlah negara seperti China dan beberapa negara di Asia Tenggara serta Timur Tengah.

"Korea Utara telah mengirim agen-agen ke negara-negara tersebut untuk memperluas pengawasan terhadap kedubes Korea Selatan dan juga terlibat dalam kegiatan khusus seperti mencari warga Korea Selatan sebagai target teroris potensial," demikian keterangan NIS, yang diterima AFP.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pilihan Redaksi
  • Kim Jong Un Awasi Simulasi Serangan Balik Nuklir Korut
  • Adik Kim Jong Un: Korut Bakal Bangun Militer Terkuat di Dunia
  • Langka, Korut Kirim Utusan ke Iran di Tengah Konflik Timteng, Ada Apa?

NIS meyakini bahwa pejabat kedutaan Korea Utara kemungkinan telah menyampaikan laporan palsu yang menyalahkan faktor 'eksternal' atas pembelotan para elite.

Faktor itu diduga melibatkan Korsel sehingga Korut kini 'merencanakan pembalasan' terhadap staf kedutaan Seoul.

Menurut kementerian unifikasi Seoul, sebanyak 196 pembelot Korut tiba di Korea Selatan tahun lalu. Sepuluh pembelot di antaranya berasal dari kelas elite Pyongyang seperti diplomat.

Angka ini merupakan jumlah pembelotan tertinggi yang dilakukan elite Korea Utara ke Selatan sejak 2017.

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan pada Kamis menyatakan, pihaknya telah menaikkan status siaga anti-terorisme untuk lima fasilitas diplomatiknya, yakni Kedubes Korsel di Kamboja, Laos, Vietnam, serta dua konsulatnya di Rusia dan China.

Negara-negara tersebut memiliki kedutaan besar maupun konsulat Korsel dan Korut.

Berdasarkan catatan Korea Selatan, Korea Utara memiliki hubungan diplomatik dengan lebih dari 150 negara. Namun demikian, jumlah itu terus berkurang sejak 1990 lantaran masalah keuangan.

(blq/asr)

Read more