juara piala dunia 2014

2024-10-08 04:19:35  Source:juara piala dunia 2014   

juara piala dunia 2014,yalla shoot plus,juara piala dunia 2014Jakarta, CNN Indonesia--

Amerika Serikat dan sekutunya menggelar latihan angkatan laut terbesar di perairan Pasifik, tepatnya lepas pantai Pulau Kauai, Hawaii utara.

Latihan itu digelar awal Juli ini dengan menggunakan pesawat pengebom Angkatan Udara AS B-2. Dalam simulasi perang itu, jet bomber tersebut dilatih menghancurkan kapal besar.

Lihat Juga :
Turki Ancam 'Invasi' Israel Demi Palestina, Militer Siapa Lebih Kuat?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Latihan itu menunjukkan bahwa AS bisa menggunakan platform senjata paling tangguhnya untuk menenggelamkan kapal permukaan besar hanya dengan bom berpemandu yang murah.

"Kemampuan ini merupakan jawaban atas kebutuhan mendesak untuk segera menetralisir ancaman maritim di hamparan lautan yang luas di seluruh dunia dengan biaya minimal," demikian keterangan Armada ke-3 Angkatan Laut AS, yang memimpin Rim of the Pacific 2024 (RIMPAC), latihan yang mencakup penenggelaman kapal bekas Tarawa.

Lihat Juga :
Kenapa Pope Disebut Paus di Indonesia?

Dikutip CNN, jet bomber B-2 adalah pesawat militer AS yang paling canggih. Angkatan Udara AS menyebut karakteristik silumannya memungkinkan jet tersebut menembus wilayah yang dijaga ketat serta terbang dengan kemungkinan kecil terdeteksi radar di ketinggian tinggi.

Hal ini memberikan sensor B-2 kemampuan untuk melihat medan perang yang tak mungkin dilakukan oleh pesawat yang terbang rendah.

Lebih lanjut, jika B-2 digabungkan dengan bom berpemandu presisi yang relatif murah dan efektif yang memiliki hulu ledak hingga 2.000 pon, jet itu bisa memiliki "daya mematikan" untuk melumpuhkan kapal, seperti torpedo yang diluncurkan kapal selam tanpa kelemahan sama sekali.

"Kapal selam Angkatan Laut memiliki kemampuan untuk meluncurkan dan menghancurkan kapal dengan satu torpedo kapan saja, tapi dengan meluncurkan tersebut, lokasi kapal akan terlacak dan kapal akan jadi target serangan," demikian keterangan Lab Penelitian Angkatan Udara.

Lihat Juga :
Xi Jinping Sindir AS Cs: Setop Ciptakan 'Musuh Khayalan'!

Para analis menilai latihan QUICKSINK dengan B-2 ini bakal membuat was-was Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN) China jika seandainya terjadi kemungkinan konflik di Pasifik barat, termasuk di sekitar titik panas seperti Taiwan, Filipina, dan pulau-pulau selatan Jepang.

"Ini sangat signifikan," kata Carl Schuster, mantan kepala Pusat Intelijen Gabungan Komando Pasifik AS.

"Kemampuan anti-maritim yang ditunjukkan B-2 akan menghambat atau bahkan menghalangi operasi PLAN di timur Taiwan atau di lepas pantai Filipina. Anda tidak bisa mengabaikan senjata yang dapat menenggelamkan kapal berbobot 25.000 ton lebih dengan satu pukulan," tambah Schuster.

Latihan angkatan laut ini sendiri sudah dipantau China bahkan sebelum uji coba penenggelaman kapal dimulai.

Media China, Global Times, pada 27 Juni lalu alias hari dimulainya RIMPAC membuat tulisan yang menerangkan, "satu-satunya negara yang dianggap sebagai 'musuh' oleh AS yang mengoperasikan kapal serbu amfibi seberat 40.000 ton di kawasan Asia-Pasifik adalah Tiongkok."

Pilihan Redaksi
  • Apa itu Dataran Tinggi Golan?
  • Turki ke Israel: Bak Hitler, Genosida Netanyahu Juga Akan 'Kiamat'
  • Irak Protes Benderanya Bersebelahan dengan Israel di Olimpiade Paris

Tulisan ini menunjukkan bahwa China telah mengetahui bahwa AS sedang melakukan operasi yang melibatkan kapal serbu seberat puluhan ribu ton di kawasan Pasifik.

Angkatan Laut China memiliki tiga kapal serbu amfibi Tipe 075, yang berbobot sekitar 36.000 ton. Kapal-kapal itu saat ini sedang bertugas dan satu lagi sedang dipersiapkan.

Kapal serbu amfibi baru yang lebih besar, yakni Tipe 076, juga tengah dibangun.

Dalam artikel tersebut, Global Times mengutip Song Zhongping, seorang pakar militer China dan komentator TV, yang mengatakan bahwa Type 075 dapat digunakan untuk beraksi di Selat Taiwan atau Laut Cina Selatan jika situasinya mengharuskan.

"Pemilihan USS Tarawa sebagai target penenggelaman mencerminkan kekhawatiran AS dan sekutunya tentang perkembangan dan kekuatan maritim China, terutama mengenai pencegahan militer di Pulau Taiwan," kata komentar Global Times.

Namun, menurut Global Times, penenggelaman kapal bekas Tarawa itu tak memiliki relevansi di tahun 2024 seperti ini.

"Kapal ketinggalan jaman seperti itu tidak dapat dibandingkan dengan peralatan militer modern," tulis Global Times.

(blq/rds)

Read more