kenari crossbreed

2024-10-08 03:47:03  Source:kenari crossbreed   

kenari crossbreed,agen365,kenari crossbreed

Jakarta, CNBC Indonesia -Perputaran bumi pada porosnya membuat dunia terbagi menjadi siang dan malam. Saat siang, satu sisi muka bumi bakal mendapat sinaran matahari langsung. Sebaliknya, saat malam, sisi lain hanya mendapat pancaran sinaran matahari yang dipantulkan bulan, sehingga lebih gelap.

Pergantian siang dan malam tak bisa diubah. Namun, ilmuwan Uni Soviet bisa melawan aturan tersebut lewat teknologi cermin raksasa. Cermin tersebut ditaruh di luar angkasa yang bertujuan mengalihkan sinar matahari ke bumi, sehingga membuat suatu wilayah tak mengalami waktu malam. Alias terus menerus siang. 

Kremlin ingin memanjangkan waktu siang dengan dalih produktivitas. Jika siang makin lama, masyarakat bakal semangat kerja. Para petani juga bisa menanam bibit tumbuhan lebih lama, sehingga membuat hasil panen melimpah. Lebih jauh, pemerintah juga bakal hemat miliaran dollar setahun dari pengeluaran penerangan listrik pada malam hari.

Dari sini, dimulai proyek cermin raksasa pada akhir 1980-an di bawah pimpinan fisikawan, Vladimir Syromyatnikov. Syromyatnikov adalah fisikawan senior Soviet yang pernah jadi dalang di balik kesuksesan manusia pertama yang pergi ke luar angkasa. Namun, permintaan meniadakan malam hari sangat sulit bagi Syromyatnikov, sekalipun dia tak memusingkan pendanaan sebab sudah dibiayai penuh oleh konsorsium BUMN Rusia. 

Pilihan Redaksi
  • Paus Fransiskus Bilang Bumi Sakit, Faktanya Jauh Lebih Parah
  • JK Ingatkan Soal Pendidikan, RI Jangan Tiru Finlandia & Singapura!

Hanya saja dia butuh waktu lama memikirkan bagaimana cara membuat sinar matahari terus ada sekalipun di malam hari. Sampai akhirnya dia tercetus cara menggunakan plastik serupa aluminium foil berdiameter 20 meter yang dibentangkan di luar angkasa.

New York Times(12 Januari 1993) melaporkan, plastik tersebut terpasang dalam stasiun luar angkasa yang berada di atas orbit bumi. Secara khusus, plastik itu bakal berada di lintasan tempat sinar matahari melintas.

Harapannya plastik besar berfungsi seperti cermin yang akan membelokkan sinar matahari ke bagian bumi yang gelap. Total wilayah yang bisa disinari mencapai 56-80 Km2. Sinarannya setara 3-5 kali cahaya bulan. Meski terlihat sederhana, praktiknya sangat rumit. Butuh pencarian material yang mumpuni. Lalu, perhitungan fisika juga harus tepat.

Sampai akhirnya setelah bertahun-tahun, proyek bernama Znamya itu baru bisa diujicoba pada 4 Februari 1993. Saat ini terjadi Uni Soviet sudah bubar dan berubah nama menjadi Rusia.

Mengutip Smithsonian Magazine, pada hari bersejarah itu, Znamya berjalan sesuai teori. Bentangan plastik sukses berubah menjadi cermin. Dia membelokkan sinar matahari ke bagian Bumi yang gelap dan jatuh di Samudra Atlantik. Lalu bergerak seperti kilatan ke Eropa dan Rusia.

Seketika, langit gelap langsung sirna. Jika dilihat dari bumi, Znamya terlihat seperti bintang yang bersinar. Tak ada bedanya dengan bintang-bintang alamiah lain. Pada titik ini, New York Timesmenulis, para ilmuwan Soviet sudah selangkah lebih maju sebab sudah membuat terobosan besar yang selama ini sulit diwujudkan. 

Meski begitu, kebahagiaan tersebut tak berlangsung lama. Beberapa hari kemudian, Znamya terbakar. Setelah keberhasilan tahap pertama Syromyatnikov berniat melakukan percobaan lagi. Namun, ini urung dilakukan karena faktor biaya. Dia gagal menarik investor.

Sampai sekarang pun belum ada negara atau gabungan negara lain yang melaksanakan proyek serupa. Alasannya, faktor biaya. Para investor dan negara tak berani mengeluarkan uang banyak untuk ujicoba teknologi yang rentan gagal. Terlebih, pesona teknologi luar angkasa kian meredup setelah berakhirnya star warsera Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat.


(mfa) Saksikan video di bawah ini:

Video: Inovasi AI Bantu Bank Perluas Penyaluran Kredit, Dijamin Aman?

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Kecanggihan Serangan Iran ke Israel Terungkap, Pakar Sebut Mirip Rusia

Read more